Konflik?
Apa itu konflik?
Kenapa sampai ada konflik?
Bagaimana kalau terjadi konflik?
Conflict itu kan perselisihan, pertentangan, perselisihan tentang perbedaan kepentingan, atau percekcokan tentang pendapat.
Whatever lah....pokoknya konflik itu cenderung berkonotasi keributan yang terjadi karena adanya perbedaan.
Iya nggak?
Kenapa ada konflik?
Ya itu tadi.
Ada perbedaan pendapat.
Perbedaan sudut pandang.
Perbedaan visi.
Perbedaan "nilai" atau value.
Perbedaan kepentingan.
Perbedaan "rasa".
Perbedaan tujuan.
Pokoknya, beda aja.
Kalau berbeda dalam satu hal dan terus menerus, ya konflik akan terjadi.
Apalagi kalau perbedaannya dalam berbagai hal dan terjadi terus menerus dalam kurun waktu yang lama.
Sudah bisa dipastikan, konflik akan terjadi dengan dahsyat, iya kan ?
Tinggal nunggu waktu saja untuk meledak, untuk meletus, untuk menggemparkan atau mengguncang.
Dan, pemicu ledakannya pun cukup masalah kecil saja, masalah nggak penting malah.
Kayaknya, kalau perbedaan itu kecil, atau sekali sekali terjadi, atau dalam waktu singkat, maka pertentanganpun nggak begitu seru.
Tapi...kalau perbedaan itu besar, fatal, atau walaupun kecil tapi terjadi terus menerus berkesinambungan......ini akan memicu konflik yang besar.
Hal lain yang akan memperparah terjadinya konflik, ialah komunikasi.
Entah itu seringnya perbedaan dikomunikasikan, entah itu caranya berkomunikasi, entah itu suasananya ketika berkomunikasi, dll.
Apa yang kita pelajari dari terjadinya sebuah konflik?
Banyak.
Banyak hal yang bisa kita pelajari dari terjadinya sebuah konflik.
Pertama, jelas banget, kita jadi tahu adanya perbedaan yang dikonflikkan.
Mungkin selama ini kita menduga atau berpendapat, baik baik saja.
Ternyata tidak.
Ketika konflik terjadi, kita jadi sangat tahu tentang adanya perbedaan tersebut.
Perbedaan, yang mungkin selama ini kita kesampingkan, kita tekan kebawah alam bawah sadar, kita minimalkan.
Ketika terjadi konflik, perbedaan ini jelas menjadi centang perenang, muncul ke permukaan.
Kedua, dari terjadinya konflik, kita mendapat pembelajaran.
Alangkah tidak eloknya hidup berdampingan atau hidup bersama dengan adanya perbedaan yang tidak dikomunikasikan.
Betapa, sekecil apapun perbedaan tersebut, tapi "rasa" berbeda itu harus, wajib , kudu dikomunikasikan dengan baik.
Ketiga, sangatlaah merugikan, bila suatu hal, kita selalu tekan kebawah alam bawah sadar, dengan maksud menekan terjadinya konflik.
Justru, penekanan kebawah alam bawah sadar, akan menimbun makin banyak endapan "ketidak nyamanan". endapan "ketidak sukaan" dan endapan berbagai rasa yang seharusnya wajar saja ditampilkan dalam skala rendah.
Penekanan berbagai hal yang "bikin nggak enak" kebawah alam bawah sadar, suatu ketika akan menggumpal, bergulung, menggunung, bersatu menjadi kekuatan yang dahsyat, bagaikan gunung berapi yang siap meletus, berskala tinggi untuk siap meledak.
Keempat, memang kalau ingin hidup happy, kita jangan menekan berbagai rasa kealam bawah sadar.
Biarkan kita mengenal deenga baik, apa yang kita nggak suka, apa yang bikin kita nggak enak.
Biarkan diri kita sendiri mengenal "sisi jahat" diri kita sendiri.
Ada rasa marah yang tertekan, rasa kecewa yang terpendam, rasa kesal yang menumpuk,yang mungkin akan terakumulasi dalam "sisi jahat" diri kita, kita harus mengenalnya dengan baik dan benar.
Kalau kita mengenal "sisi jahat" diri kita, kan jadi jelas, bagaimana kita harus bersikap, bagaimana kita harus "menyembuhkan", harus " healing", harus "belajar membersihkan".
Pokoknya, mengenal "sisi tidak baik "kita yang jauh tertekan , terpendam dibawah alam bawah sadar kita, kayaknya malah bagus untuk belajar membersihkan hati.
Kalau kita nggak mengenal "sisi jahat "kita, bagaimana kita mau beristighfar dan memohon ampun kepada Allah dan memohon agar Allah membersihkan "sisi hati bagian tersebut" ?
Kalau kita kenal dengan baik dan benar segala penjuru hati kita, kita angkat untuk disadari dan lantas dikomunikasikan, maka konflik pun nggak akan serem serem amat, iya nggak?
Kelima, ketika terjadinya konflik, kita akan tahu dengan nyata nyata, siapa kita sesungguhnya, siapa lawan konflik kita sesungguhnya.
Dari sisi kita, sudah jelas, kita jadi tahu bagaimana bentuk kemasan "permohonan"kita kepada Allah, agar memperbaiki bagian hati kita yang terpendam, yang bikin kita "sakit" yang bikin kita "nggak happy berkepanjangan", yang bikin potensi kita berkurang, bahkan yang bikin kita "berdosa" berkepanjangan.
Dari sisi pihak yang bersebrangan dengan kita.
Kita jadi tahu wujud sebenarnya, kita jadi tahu caranya kita harus bersikap dan caranya kita berhubungan, agar tidak terjadi lagi konflik, bukan begitu ?
Pokoknya, bagi orang yang mengerti, kayaknya kalau terjadi sebuah konflik, kalimat pertama kita adalah alhamdulillahirabbil alamin.
Allah sayang banget sama kita, tidak membiarkan kita memendam, menekan berbagai rasa, tidak membiarkan kita jadi orang munafik dan tidak membiarkan kita mempunyai bagian yang gelap dalam qalbu.
DibersihkanNya, diperlihatkanNya dan dipertontonkanNya dengan jelas tanpa tedeng aling aling, gamblang, centang perenang, transparan, alhamdulillahirabbil alamin.
Kalimat berikutnya adalah tentu saja, astaghfirullahaladziim.
Semoga Allah mengampuni segala hal yang tersembunyi, yang terjadi.
Konflik, membuat orang saling mengenal, saling memaafkan, saling mendekat kepada Allah.
Dari sebuah konflik, kita mendapat pembelajaran yang teramat banyak.
Bagaimana kita harus bersikap, bagaimana kita harus berhubungan dan dengan siapa kita sebaiknya berhubungan, agar hati yang sudah jelas dicentang perenangkan oleh Allah, tidak terganggu lagi oleh berbagai hal yang akan memicu konflik konflik lainnya.
Astaghfirullahaladziim.
Alhamdulillahirabbilalamin.
Jadi....setelah terjadinya sebuah konflik, bagi mereka yang belajar dari sebuah episode kehidupan, dan mendapat pembelajaran hidup, kita akan menjadi orang yang sangat sangat happy....
Happy You...Happy Me